Amortisasi adalah proses pengalokasian biaya aset yang dibeli dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini, aset tersebut dapat berupa properti, tanah, peralatan, atau bahkan hak paten.
Tujuan utama dari amortisasi adalah untuk mencerminkan penurunan nilai aset tersebut seiring berjalannya waktu.
Dalam artikel ini, kita akan membahas definisi, manfaat, contoh, dan cara menghitung amortisasi. Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Baca juga: Pahami Siklus Akuntansi Beserta Tahapannya
Amortisasi adalah metode akuntansi yang digunakan untuk mengalokasikan biaya aset yang dibeli dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini, biaya aset tersebut dibagi menjadi bagian-bagian kecil yang dikenal sebagai “angsuran” atau “pembayaran”. Setiap angsuran ini kemudian diakui sebagai biaya dalam laporan keuangan perusahaan.
Hal ini membantu perusahaan dalam menghindari beban biaya yang terlalu besar pada saat pembelian aset tersebut. Selain itu, amortisasi juga membantu perusahaan dalam mencerminkan penurunan nilai aset seiring berjalannya waktu.
Amortisasi memiliki beberapa manfaat yang penting bagi perusahaan. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari penggunaan amortisasi:
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung amortisasi, di antaranya adalah:
Penting untuk dicatat bahwa metode amortisasi yang digunakan dapat bervariasi tergantung pada kebijakan perusahaan dan persyaratan akuntansi yang berlaku. Oleh karena itu, perusahaan harus memilih metode yang paling sesuai untuk kebutuhan mereka dan memastikan bahwa metode tersebut sesuai dengan persyaratan akuntansi yang berlaku.
Misalkan sebuah perusahaan membeli mesin senilai Rp 100.000.000 dengan masa manfaat 5 tahun. Dalam hal ini, perusahaan dapat menggunakan metode amortisasi garis lurus untuk mengalokasikan biaya aset tersebut. Dengan menggunakan metode ini, perusahaan akan mengalokasikan biaya sebesar Rp 20.000.000 per tahun selama 5 tahun.Tabel berikut menunjukkan contoh amortisasi untuk mesin tersebut:
Tahun | Biaya Aset | Amortisasi Tahunan |
---|---|---|
1 | Rp 100.000.000 | Rp 20.000.000 |
2 | Rp 100.000.000 | Rp 20.000.000 |
3 | Rp 100.000.000 | Rp 20.000.000 |
4 | Rp 100.000.000 | Rp 20.000.000 |
5 | Rp 100.000.000 | Rp 20.000.000 |
Dengan menggunakan metode amortisasi garis lurus, perusahaan akan mengakui biaya amortisasi sebesar Rp 20.000.000 setiap tahun selama 5 tahun.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung amortisasi, termasuk metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit produksi. Di bawah ini adalah langkah-langkah umum untuk menghitung amortisasi menggunakan metode garis lurus:
Penting untuk dicatat bahwa metode amortisasi yang digunakan dapat bervariasi tergantung pada kebijakan perusahaan dan persyaratan akuntansi yang berlaku.
Amortisasi adalah proses pengalokasian biaya aset dalam jangka waktu tertentu. Dengan menggunakan metode amortisasi, perusahaan dapat mengakui biaya aset secara teratur, mencerminkan penurunan nilai aset, dan mengelola arus kas dengan lebih baik.
Contoh penggunaan amortisasi adalah dengan menghitung pembayaran angsuran tahunan untuk aset yang dibeli. Metode amortisasi yang umum digunakan adalah metode garis lurus. Dengan memahami konsep dan manfaat amortisasi, perusahaan dapat mengelola aset mereka dengan lebih efisien dan akurat.
Di tengah dominasi sistem operasi komersial seperti Windows dan macOS, sebuah nama sering kali muncul…
Bagi banyak orang yang baru melangkah ke dunia pengembangan website atau aplikasi, istilah LAMP Stack…
Kami sering sekali mendengar cerita ini. Anda punya produk atau jasa yang luar biasa, tapi…
Bingung membedakan istilah RFQ, RFP, dan RFI dalam proses pengadaan? Anda tidak sendirian. Salah memilih…
Dalam dunia pengembangan perangkat lunak yang terus bergerak cepat, pemilihan bahasa pemrograman adalah keputusan strategis.…
Dalam lanskap teknologi yang terus berkembang pesat, karir di bidang pengembangan perangkat lunak menjadi semakin…