Banyak bisnis di Indonesia kesulitan memilih vendor ERP karena banyaknya fitur, variasi harga, dan risiko implementasi yang tinggi. Studi dari Gartner bahkan menyebutkan bahwa 55–75% proyek ERP gagal mencapai tujuannya.
Tanpa riset dan persiapan yang utuh, perusahaan bisa menghadapi biaya tak terduga seperti migrasi data ulang, kustomisasi yang berlebihan, bahkan harus mengganti vendor di tengah jalan.
Salah satu kasus umum adalah integrasi sistem yang buruk, seperti yang terjadi pada suatu perusahaan yang mengalami duplikasi data dan resistensi karyawan karena pelatihan yang tidak memadai.
Untuk menghindari hal itu, kami sarankan Anda mengikuti lima langkah berikut dalam memilih vendor ERP. Panduan ini akan membantu Anda mengidentifikasi kebutuhan, mengevaluasi vendor secara objektif, dan memastikan sistem ERP yang dipilih benar-benar mendukung pertumbuhan bisnis Anda.
Table of Contents
ToggleApa itu Sistem ERP?


ERP (Enterprise Resource Planning) adalah sistem yang mengintegrasikan berbagai fungsi bisnis seperti keuangan, inventaris, HR, dan penjualan dalam satu platform. Tujuannya adalah menyatukan data dan proses operasional agar lebih efisien.
Manfaat Utama ERP:
- Visibilitas real-time atas data keuangan dan operasional
- Otomatisasi proses bisnis seperti pengiriman invoice
- Kolaborasi lintas departemen jadi lebih sinkron
Modul-Modul Umum:
- Inventory Management: Pelacakan stok, distribusi, dan laporan barang
- Accounting: AR/AP, buku besar, pelaporan pajak
- Sales & CRM: Pemesanan, manajemen pipeline, dan integrasi e-commerce
- Purchasing: Proses PO, approval, dan manajemen vendor
- HR & Payroll: Penggajian, rekrutmen, dan absensi
Model Deployment:
- On-premises: Infrastruktur disiapkan internal, kontrol penuh tapi butuh investasi besar
- Cloud (SaaS): Setup lebih cepat, cocok untuk UKM dan perusahaan berkembang
Baca Juga: Jenis Software ERP: On-Premise, Cloud, Hybrid & Open Source
Langkah-Langkah untuk Memilih Vendor ERP
Sebelum menilai calon vendor, Anda perlu memahami kebutuhan internal, membandingkan kemampuan mereka, dan menguji sistem secara langsung. Berikut lima langkah mendasar yang disarankan oleh berbagai ahli:
1. Identifikasi Kebutuhan Bisnis Anda
Langkah pertama yang paling krusial adalah memahami dengan sangat jelas apa yang dibutuhkan perusahaan Anda. Jika langkah ini terlewat, Anda akan mudah tergoda oleh fitur-fitur canggih yang sebenarnya tidak relevan atau bahkan membebani proses bisnis.
Libatkan Pemangku Kepentingan (Stakeholders)
Tidak cukup satu atau dua orang saja; Anda harus melibatkan perwakilan dari divisi:
- Finance (untuk menentukan kebutuhan laporan keuangan dan pelaporan pajak)
- Operasional/Produksi (untuk memahami proses produksi, gudang, dan distribusi)
- IT (untuk mempertimbangkan aspek teknis, integrasi, dan keamanan)
- Sales & Marketing (untuk melihat kebutuhan CRM, otomasi sales, dan integrasi e-commerce)
- HR & Payroll (untuk modul penggajian dan manajemen karyawan)
Seperti disarankan oleh NetSuite Advisors, bentuklah “tim evaluasi internal” yang mencakup manajemen puncak dan kepala departemen. Dengan cara ini, setiap kebutuhan departemen terwakili, dan tujuan ROI (Return on Investment) dapat ditetapkan bersama.
Buat Dokumen Kebutuhan (Requirements Document)
Dokumen ini harus memuat:
- Proses Inti (Core Workflow)
- Contoh: pada perusahaan distribusi: pesanan masuk → fulfillment → pengiriman → pembuatan invoice → pencatatan di laporan keuangan.
- Daftar Fitur Penting (I = Important) vs Tambahan (A = Additional)
- I (Important):
- Integrasi data keuangan real-time
- Pelacakan inventaris otomatis melalui barcode/RFID
- Modul laporan keuangan yang sesuai standar akuntansi (PSAK/IFRS)
- A (Additional):
- Dashboard marketing untuk analisis kampanye
- Akses mobile app untuk Sales saat meeting klien
- Modul gamification untuk meningkatkan engagement karyawan
- I (Important):
- Penghindaran Boilerplate
- Hindari template panjang yang memuat ribuan requirement tanpa konteks bisnis Anda. Menurut ERP Advisors Group, vendor sering malas membaca dokumen yang berbelit. Sebaliknya, cukup jelaskan alur bisnis dan fitur inti yang dibutuhkan.
- Tentukan Metrik ROI dan Timeline
- Proyeksikan kapan ROI akan terlihat:
- Untuk on-premises, ROI biasanya mulai terlihat dalam 9–12 bulan setelah go-live karena biaya CapEx yang besar.
- Untuk cloud-based, ROI bisa tercapai dalam 3–6 bulan karena biaya implementasi dan infrastruktur yang lebih ringan.
- Dokumen ini juga harus memuat asumsi: misalnya peningkatan efisiensi proses order-to-cash sebesar 30% setelah implementasi.
- Proyeksikan kapan ROI akan terlihat:
Dengan dokumen kebutuhan yang solid, vendor dapat memberikan demo atau proposal yang lebih tepat sasaran, dan tim Anda memiliki pedoman untuk evaluasi selanjutnya.
2. Evaluasi Pengalaman dan Reputasi Vendor
Setelah kebutuhan Anda terdefinisi, selanjutnya adalah mencari vendor yang memiliki rekam jejak dan portfolio sesuai kebutuhan tersebut. Pilih vendor yang sudah terbukti di industri serupa atau memiliki keahlian untuk mengatasi tantangan bisnis Anda.
Kategori Vendor ERP di Indonesia
- Vendor Pihak Ketiga (Reseller/Mitra)
- Contoh: Mitra resmi SAP atau Microsoft Dynamics.
- Kelebihan: Kepercayaan tinggi karena brand global;
Namun, harga lisensi dan implementasi seringditentukan oleh pemilik ERP.
- Vendor Lokal dengan ERP Sendiri
- Contoh: ERAERP, Lyrid Prima.
- Kelebihan:
- Lebih mudah melakukan kustomisasi sesuai kebutuhan lokal.
- Biaya biasanya lebih kompetitif.
- Kekurangan:
- Fitur advanced mungkin kalah lengkap dibanding SAP/Oracle.
- Vendor Hibrida
- Memiliki ERP buatan sendiri sekaligus menjual ERP pihak ketiga.
- Contoh: Impact; mereka punya produk sendiri sekaligus menjadi mitra untuk solusi lain.
- Konsultan Besar/Kolaboratif
- Contoh: Accenture, Deloitte, PwC.
- Mereka biasanya fokus pada level enterprise, menawarkan end-to-end: konsultasi, pemilihan ERP, implementasi, hingga advisory pasca-live.
Cek Track Record dan Portofolio
- Pengalaman di Industri Serupa
Cari vendor yang sudah menangani implementasi ERP di sektor Anda. Misalnya:- Perusahaan manufaktur: vendor harus paham tentang modul perencanaan produksi, MRP, dan manajemen persediaan.
- Perusahaan ritel: vendor perlu memiliki integrasi dengan POS, omnichannel, dan modul CRM yang kuat.
- Referensi Klien
- Minta studi kasus atau testimoni—apakah mereka berhasil menangani proyek dengan skala dan kompleksitas serupa?
- Pastikan tidak hanya melihat klien besar; melihat klien UKM juga penting untuk menilai fleksibilitas vendor.
- Tingkat Pemahaman Industri dan Praktik Terbaik
- Penjual ERP global (mis. SAP) biasanya memiliki proses seleksi partner (mitra resmi) yang ketat.
- Vendor lokal perlu membuktikan bahwa mereka memahami best practice di industri, misalnya metode lean manufacturing atau omni-channel retail.
- Kriteria: vendor ideal tidak hanya menjual software, tetapi mampu memberikan rekomendasi perbaikan proses bisnis (business process improvement).
Faktor Kredibilitas Konsultan
- Keahlian Teknologi vs Proses Bisnis
- Konsultan yang ideal harus seimbang:
- Technical know-how: mampu menyusun arsitektur sistem, pengetahuan database, API, keamanan data.
- Business acumen: memahami skenario bisnis spesifik, alur kerja, serta regulasi industri.
- Konsultan yang ideal harus seimbang:
- Legalitas dan Stabilitas Finansial
- Pastikan vendor memiliki status legal yang jelas dan tidak terlibat litigasi besar.
- Tanyakan laporan keuangan terakhir jika memungkinkan—untuk memastikan mereka tidak akan tutup mendadak setelah proyek berjalan setengah jadi.
Dengan evaluasi menyeluruh terhadap pengalaman, reputasi, dan kredibilitas, Anda dapat mempersempit daftar vendor menjadi 3–4 kandidat utama yang siap diuji di langkah berikutnya.
3. Pertimbangkan Skalabilitas dan Integrasi Sistem
Setelah memiliki daftar pendek vendor potensial, perhatikan dua hal utama: skala pertumbuhan bisnis Anda ke depan dan kemampuan integrasi ERP dengan sistem yang sudah ada.
Skalabilitas ERP
Sistem ERP yang baik tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga mendukung pertumbuhan di masa depan.
- Arsitektur Modular
Pilih ERP yang dirancang modular, sehingga Anda dapat menambahkan modul baru saat dibutuhkan, misalnya:- Awalnya hanya modul accounting dan inventory, kemudian menambahkan modul manufacturing saat memulai lini produksi.
- Contoh: Lyrid Prima menawarkan modul terpisah untuk Inventory, Accounting, Sales, hingga HR.
- Kemampuan Kustomisasi
- Gunakan micro-frontend atau microservices architecture agar penyesuaian tidak mengganggu keseluruhan sistem.
- Hindari vendor yang mengharuskan “big-bang customization,” di mana semua perubahan dilakukan sekaligus—karena berisiko menimbulkan bug dan downtime panjang.
- Rencana Roadmap Produk Vendor
- Vendor yang baik sudah memiliki roadmap pengembangan: fitur tambahan, integrasi baru, maupun peningkatan UX.
- Tanyakan seberapa sering mereka merilis patch atau update.
Integrasi dengan Sistem yang Sudah Ada
Sebagian besar perusahaan sudah memiliki software lain (mis. CRM, e-commerce, tool BI). Pastikan ERP yang Anda pilih dapat berintegrasi tanpa hambatan.
- API dan Konektor
- Vendor harus menyediakan API terbuka atau konektor siap pakai untuk sistem umum (contoh: Shopify, Magento, QuickBooks, Power BI).
- Integrasi real-time sangat penting agar data selalu konsisten, misalnya stok di gudang otomatis terupdate saat ada penjualan di marketplace.
- Teknologi yang Digunakan
- Lyrid Prima menggunakan PHP/MySQL, sementara banyak vendor global menggunakan Java, .NET, atau platform cloud native.
- Pastikan infrastruktur IT Anda mampu mendukung teknologi tersebut.
- Keamanan dan Kepatuhan
- Periksa standar keamanan: enkripsi data, autentikasi multi-faktor (MFA), dan audit trail.
- For industries like fintech or healthcare, ensure the vendor complies with local regulations (e.g., OJK for fintech, GDPR if serving EU customers).
Dengan memastikan ERP dapat tumbuh bersama bisnis Anda dan terintegrasi mulus, implementasi akan lebih lancar dan risiko “silo data” dapat diminimalkan.
4. Analisis Total Biaya Kepemilikan (TCO) dan ROI
Seringkali perusahaan hanya terpaku pada biaya lisensi awal, padahal Total Cost of Ownership (TCO) jauh lebih kompleks. Di sini Anda perlu memperhitungkan semua komponen biaya dan memproyeksikan Return on Investment (ROI).
Komponen Biaya dalam TCO
- Lisensi Awal
- Perpetual License: Bayar di awal, miliki hak pakai selamanya (saat upgrade, biasanya perlu bayar lagi).
- Subscription: Bayar bulanan atau tahunan; upgrade dan patch sudah termasuk.
- Biaya Implementasi
- Konsultasi teknis, analisis kebutuhan, migrasi data, dan kustomisasi modul.
- Sebagai gambaran, implementasi cloud ERP bisa menghabiskan 20–30% dari biaya lisensi tahunan.
- Pelatihan dan Change Management
- Workshop onsite atau online, materi pelatihan, dan sesi coaching untuk user.
- Rata-rata perusahaan perlu mengalokasikan minimal 10% TCO untuk pelatihan demi memaksimalkan adopsi.
- Biaya Pemeliharaan & Upgrade Tahunan
- SLA (Service Level Agreement): dukungan teknis, bug fixing, hingga update minor atau mayor.
- Vendor biasanya mematok biaya 15–25% dari nilai lisensi per tahun.
- Infrastruktur (untuk On-Premises)
- Server, storage, backup, dan jaringan.
- Tim IT internal untuk monitoring, patching, dan pemeliharaan.
- Hidden Cost (Tidak Terduga)
- Data migration: waktu dan tenaga internal untuk melakukan data cleansing (sesuai ERP Advisors Group).
- Downtime saat cut-over: misalnya, jika go-live dilakukan di periode sibuk (akhir bulan), mungkin butuh jam kerja ekstra.
- Biaya eksternal, seperti konsultan data migration lead jika tim internal tidak memiliki sumber daya memadai.
Perbandingan Model On-Prem vs Cloud
- Cloud (SaaS)
- Biaya TCO cenderung lebih rendah karena tidak perlu investasi infrastruktur.
- Proses implementasi dan go-live bisa selesai dalam 1–2 bulan.
- Cocok untuk perusahaan kecil-menengah atau yang memerlukan fleksibilitas cepat.
- On-Premises
- Biaya CapEx (Capital Expenditure) tinggi karena harus menyiapkan server dan perangkat jaringan.
- ROI baru tercapai dalam 9–12 bulan atau lebih lama dengan beban pemeliharaan internal.
- Namun, bagi perusahaan dengan regulasi ketat atau data sensitif, ini bisa menjadi pilihan lebih aman.
Metrik ROI
- Efisiensi Operasional
- Misalnya: proses order-to-cash yang semula memakan waktu 10 hari bisa dipersingkat menjadi 7 hari—hemat 30% waktu.
- Penghematan Biaya
- Otomatisasi tugas manual (seperti rekonsiliasi akun) bisa memangkas biaya tenaga kerja hingga 20%.
- Peningkatan Revenue
- Data real-time membantu tim sales merespons prospek lebih cepat, meningkatkan closing rate hingga 10–15%.
- Proyeksi ROI
- Buat perhitungan kasar: penghematan biaya tahunan + peningkatan revenue – TCO tahunan.
- Jika ROI di atas 15–20% per tahun, implementasi dianggap sukses.
Dengan analisis TCO dan ROI yang matang, tim manajemen dapat memahami investasi yang dibutuhkan dan kapan hasilnya akan terasa. Ini juga membantu meminimalkan risiko pembengkakan biaya di tengah jalan.
5. Lakukan Demo dan Uji Coba Sistem
Dokumen kebutuhan dan evaluasi biaya sudah lengkap—saatnya mengundang vendor melakukan demo. Tujuan utamanya adalah melihat “nyata”-nya sistem, memastikan fungsionalitas, performa, dan kemudahan penggunaan sesuai harapan.
Tahapan Demo
- Mini Demo (Beauty Pageant)
- Undang 3–4 vendor shortlisted berdasarkan kriteria sebelumnya.
- Minta demo singkat (maksimal 2 jam) dan lakukan secara remote—dengan begitu, jika prosesnya tidak sesuai, Anda dapat menghentikannya tanpa beban tatap muka.
- Gunakan scorecard untuk menilai modul seperti:
- Antarmuka pengguna (UI/UX)
- Fitur reporting dan dashboard
- Kemampuan integrasi (contoh: konektor ke e-commerce, CRM)
- Kecepatan dan kehandalan (respon sistem)
- Fokus pada user journey: contoh: proses order entry, pelacakan inventaris, hingga pelaporan keuangan.
- Final Demo (End-to-End)
- Pilih 2 finalis terbaik dari skor mini demo.
- Lakukan demo end-to-end on-site di kantor Anda, sehingga vendor dapat menggunakan data uji coba yang lebih realistis.
- Berikan akses ke Subject Matter Experts (SMEs) internal:
- Tim accounting untuk menguji modul keuangan
- Tim operasional untuk modul inventory dan distribusi
- Tim IT untuk mengecek integrasi ke sistem legacy
- Pastikan ada skenario kunci:
- Pembuatan PO dan proses approval
- Automasi faktur dan rekonsiliasi bank
- Laporan kustom, misalnya laporan laba-rugi multi-divisi
- Contoh kasus: “Bagaimana sistem menanggapi pesanan dari marketplace dalam jumlah besar—apakah stok otomatis berkurang di ERP?”
Evaluasi Hasil Demo
- Usability & Functionality
- Apakah dashboard intuitif dan mudah dipelajari?
- Seberapa cepat user dapat membuat laporan atau memasukkan data?
- Performa Sistem
- Uji beban: minta vendor melakukan simulasi beberapa user (10–20 orang) login dan melakukan transaksi bersamaan.
- Perhatikan latency dan waktu respon, apakah masih di bawah 2–3 detik?
- Kesesuaian Kebutuhan
- Pastikan semua requirement penting di dokumen kebutuhan sudah terpenuhi.
- Jika ada fitur yang tidak tersedia, pastikan vendor dapat memberikan workaround atau rencana pengembangan.
- Feedback SMEs & IT Team
- Minta SMEs mengisi scorecard, lalu diskusikan hasilnya untuk menentukan siapa yang layak lanjut ke negosiasi.
- Pastikan IT team memberikan penilaian teknis: apakah infrastruktur Anda dapat mendukung?
- Contoh skor: UI/UX (4/5), Integrasi (3/5), Keamanan (5/5), Support (4/5)
Dengan demo yang terstruktur, Anda memperoleh bukti nyata dari kelayakan sistem ERP di lingkungan bisnis sendiri. Ini juga memfasilitasi diskusi objektif antar tim sebelum mengambil keputusan akhirnya.
Baca Juga: 5 Contoh Vendor ERP yang Dapat Anda Jadikan Pilihan
Pertimbangan Tambahan sebelum Keputusan Akhir
Selain lima langkah di atas, masih ada beberapa hal yang sering terlewat namun berperan penting dalam kelancaran implementasi jangka panjang.
1. Negosiasi Kontrak dan Syarat Layanan
Tahap ini adalah pembicaraan detail mengenai biaya, dukungan, dan syarat-syarat layanan. Pastikan Anda memahami semua klausul sebelum tanda tangan.
Pahami Struktur Lisensi dan SKU
- Setiap modul (contoh: multi-company, CRM, HR) biasanya dihitung sebagai SKU terpisah.
- Pastikan Anda tidak membayar lisensi yang belum dibutuhkan, atau gunakan leverage diskon untuk bundling modul di masa depan.
Durasi Kontrak & Terms Renewal
- Kontrak 12 bulan seringkali termasuk klausul kenaikan harga saat perpanjangan.
- Pertimbangkan siklus implementasi: apabila go-live baru dilakukan di bulan ke-11, Anda akan membayar perpanjangan padahal hampir belum pernah menggunakan sistem.
Service Level Agreement (SLA)
- Tetapkan KPI response time, misalnya 4 jam untuk isu kritis, 24 jam untuk isu non-kritis.
- Pastikan mencakup patching, minor fix, dan major upgrade—berapa kali dalam setahun?
- Tanyakan konsekuensi jika vendor tidak memenuhi SLA (misalnya potongan biaya, kompensasi).
Klausul Kebijakan Pembatalan
- Harus ada opsi exit (batal) atau refund pro-rata jika implementasi benar-benar mandek.
- Hindari klausul “Force Majeure” yang terlalu luas, karena vendor dapat melepaskan tanggung jawab tanpa alasan jelas.
2. Periksa Dukungan Teknis dan Layanan Purna Jual
ERP bukan hanya tentang implementasi; dukungan purna jual menentukan keberlanjutan sistem.
Model Dukungan
- Apakah tersedia hotline 24/7, tiket online, dan opsi onsite?
- Vendor seperti Lyrid Prima biasanya menawarkan Managed Support Monthly—termasuk update, backup, dan monitoring rutin.
Pelatihan dan Dokumentasi
- Vendor harus menyediakan pelatihan onboarding dan lanjutan secara berkala.
- Pastikan tersedia Knowledge Base dan SOP (Standard Operating Procedure) dalam bahasa Indonesia agar tim internal lebih cepat adaptasi.
Tim Support Lokal vs Offshore
- Vendor lokal cenderung lebih cepat merespon karena zona waktu yang sama.
- Jika vendor memiliki tim offshore, tanyakan berapa lama rata-rata waktu respons yang dijanjikan.
- Level escalation: jika penanganan Level 1 (teknisi junior) tidak memadai, adakah Level 2/3 (teknisi senior) yang lebih cepat turun tangan?
3. Evaluasi Kesesuaian Budaya dan Kemitraan Jangka Panjang
ERP bukan sekadar pembelian software, melainkan kemitraan jangka panjang.
- Cocokkan Nilai dan Visi
Pastikan vendor memiliki visi transformasi digital yang linier dengan visi perusahaan Anda. Misalnya, jika Anda fokus pada “green IT” (infrastruktur ramah lingkungan), vendor harus dapat menyesuaikan rancangan infrastruktur atau menyediakan opsi cloud yang hemat energi. - Chemistry Tim
Pertemuan awal dengan tim vendor dapat menunjukkan gaya komunikasi mereka. Apakah mereka proaktif dalam bertanya tentang kebutuhan spesifik Anda? Apakah mereka responsif ketika Anda meminta demo tambahan atau klarifikasi teknis? - Kemitraan vs Transaksi
Pilih vendor yang mau berinvestasi pada pemahaman bisnis Anda, tidak hanya “jual lisensi.” Mereka harus siap menjadi partner, bukan sekadar supplier. Tanyakan roadmap produk jangka panjang, rencana fitur baru, dan seberapa sering mereka melakukan update major.
4. Checklist Pasca-Implementasi ERP
Setelah semua negosiasi selesai dan kontrak ditandatangani, jangan menganggap proyek selesai—ada tahapan penting setelah go-live.
Migrasi Data (Data Migration)
- Data Cleansing: Pastikan semua data lama di-clean (duplikasi dihapus, format distandarisasi) sebelum di-upload ke environment produksi.
- Sandbox Environment: Lakukan uji coba migrasi terlebih dahulu di sandbox. Verifikasi bahwa data berhasil di-load dan integritasnya terjaga.
Test Plan & Go-Live
- Test Script: Buat skrip pengujian (unit test, integration test, user acceptance test) yang mencakup skenario kritis seperti:
- Proses pembuatan PO hingga pembukuan di modul accounting.
- Proses pengurangan stok secara otomatis saat ada transaksi penjualan.
- Pembuatan laporan kustom multi-divisi.
- Cut-Over Window: Pilih periode dengan beban operasional rendah, misalnya awal pekan atau pertengahan bulan. Hindari akhir kuartal atau saat tutup buku—karena operasional biasanya sangat sibuk.
Pelatihan Lanjutan
- Refresher Training: Jadwalkan sesi pelatihan tambahan setiap 3–6 bulan untuk memastikan semua user sudah familiar dengan modul baru atau update sistem.
- Champion User: Bentuk “champion user” di setiap departemen yang bisa menjadi resource internal ketika ada pertanyaan atau masalah sederhana.
Monitoring & Continuous Improvement
- Tentukan KPI: Misalnya:
- Lead time proses order (dari pesanan masuk hingga pengiriman)
- Akurasi data keuangan (persentase kesalahan input)
- Efisiensi persediaan (days in inventory)
- Review Bulanan: Setiap bulan, lakukan review bersama tim—apa saja yang berjalan baik, mana fitur yang perlu ditingkatkan, apakah ada modul baru yang perlu ditambahkan.
- Feedback Loop: Dorong user untuk memberikan feedback secara rutin. Gunakan survei singkat atau form online untuk memetakan titik-titik masalah.
Baca Juga: Software ERP Terbaik di Jakarta: Solusi Efektif Bisnis
Ayo Pilih Sistem ERP dari Lyrid Prima
Melalui lima langkah di atas—mulai dari identifikasi kebutuhan hingga demo—Anda akan memiliki gambaran yang komprehensif tentang cara memilih vendor ERP yang sesuai untuk bisnis Anda. Namun, jangan lupa pula mempertimbangkan aspek tambahan seperti negosiasi kontrak, dukungan teknis, kesesuaian budaya, dan persiapan pasca-implementasi.
Jika Anda mencari sistem ERP berbasis cloud yang modular, mudah diakses, dan didukung tim lokal yang profesional, Lyrid Prima Indonesia bisa menjadi mitra terbaik Anda.
Jadi, tunggu apa lagi? Jika Anda siap mengambil langkah selanjutnya dalam transformasi digital perusahaan, hubungi tim Lyrid Prima hari ini untuk:
- Konsultasi Gratis: Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan bisnis Anda secara detail.
- Demo ERP Khusus: Lihat sistem ERP live, disesuaikan dengan proses bisnis Anda.
- Studi Kelayakan & Penawaran Harga: Dapatkan estimasi TCO, proyeksi ROI, dan rencana implementasi lengkap.
Email: marketing@lyrid.co.id
Telepon: (021) 588-5880
WhatsApp: +62 877 6596 6450
Alamat: Galeri Niaga Mediterania II J8-O/P, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, 14460